Aku kembali menulis blog aku diminggu ketiga bulan juni ini. Padahal planningnya dari awal minggu. Selama pandemi ini buat aku lebih lama berfikir. Saking lamanya sampai aku ngga sadar kalau aku buang-buang waktu tanpa menghasilkan apapun.

Bagaimana tidak guys. 

Aku kehilangan pekerjaan. Ditambah lagi masa Corona ini tak banyak tempat yang menyediakan lowongan pekerjaan. Kebetulannya lagi aku hidup di kota Batam. Keras cuy!

Entah kehidupan yang keras, Atau aku yang terlalu lembek pada kehidupan.

Aku memutuskan pulang ke kampungku. Desa Berakit, kota Tanjung Pinang. Dari Batam cukup menyebrang saja menggunakan kapal laut.

 Sebenarnya aku ngga mau pulang karena pulkam sangat beresiko terjangkit. Aku takut pulangnya bukan membawa uang malah membawa virus. Apalagi orang tuaku juga sudah tua yang lebih beresiko lagi terjangkit. 

Tapi mamaku bilang “tak apa, semua baik-baik saja.” Apa aku punya pilihan? Mungkin kalian berfikir jelas aku punya pilihan. Tapi selamat kalian belum mengenal mamaku yang keras kepalanya mengalahkan karang dilautan. Seriusan!

Akhirnya aku nekat pulang. Dan tetap menjaga aturang kesehatan agar tak terjangkit Virus Corona. 

Syukurnya, aku sampai di kampungku saat maghrib. Jadi tak ada orang yang berjaga untuk mencegah orang luar masuk ke kampung kami. 

Di kampungku sendiri belum ada kasus Covid-19. Mohon do’anya teman-teman semoga virus ini tak sampai ke kampung kami. Di kota Tangjung Pinang sendiri juga tak banyak kasus. Walaupun salah satu korbannya termasuk walikota Tanjung Pinang sendiri. 

Di desa Berakit masyarakat seperti biasa melakukan sholat jumat, tarawih dan sholat idul fitri. Sebenarnya hal itu sudah dilarang pemerintah desa dan pengurus mesjid. Tapi masyarakat tetap memaksa. 

Yang agak berbeda mungkin hanya sholat idul fitri yang dilaksanakan lebih pagi dari tahun-tahun sebelumnya. 

Aku sendiri pulangnya di hari kedua idul fitri dan melakukan karantina mandiri di rumah selama dua minggu.

Bagimana dengan kalian?