MY FIRST LOVE UDAH BAHAGIA, APA KABAR AKU?

April 01, 2020

Assalamualaikum holla guys?!

Apa kabar kalian semua? Aku berharap Allah masih kasih kita kesehatan yang luar biasa ditengah ujian karena si Covid ini. 

Kali ini aku bukan membahas si Covid. Tapi aku bahas tentang my first love. Weaak :D

Bagi seorang perempuan, akan mengakui bahwa first love mereka adalah ayah atau abah atau papa atau aby atau daddy atau bapak atau apapun itu. Bagitupun aku. Tapi first love kalian ke seseorang selain keluarga pasti ada kan?

Aku ngga tau kalian percaya apa enggak dengan first love. Tapi aku yakin setiap orang pasti pernah. Entah pas masa bocah atau setelah dewasa. 

Aku pribadi merasa sangat mengenal first love aku. Dia berinisial R. Aku suka si abang dari aku kelas tiga SD. Awalnya karena kami satu kampung dan aku sering main kerumah dia. 

Kami sering ngaji bareng. Jadi dalam satu juz itu kami bacanya sama-sama. Teman-teman yang lain juga gitu siih, tapi aku ngga ngerti kenapa bang rian ajak aku ngajinya bareng dia. Kebetulan guru ngajinya tu abah aku. Kalau abah ku marah, bang rian pasti natap aku kasian gitu kayak pengen nolong tapi dia bisa apa? Bisa-bisa dia juga bakal kena sembur bapak aku. Maklum bapakku galak emang. 

Setiap pulang ngaji aku sering main ke rumah dia. Padahal rumah kami cuķup jauh. Aku harus naik sepeda dulu. 
Banyak banget siih kenangan aku sama dia. Ngaji bareng, main bola berdua. Padahal yang lain lagi istirahat kami malah kejar-kejaran sambil main bola. Waktu itu teman-teman kami ramai banget. Dan hampir setiap mainan aku selalunya dapat kelompok bang R. 
Pernah ada satu kejadian yang sampai detik ini masih aku ingat. Waktu itu tak biasanya pulang sekolah siang aku main ke rumah bang R. Ada satu teman cewek dan juga cowok. Kami main lempar kaleng namanya. Dan seperti biasa aku satu kelompok ama bang R. Karena diantara mereka aku yang paling kecil jadi aku kurang pandai dan bang R dengan sabar ajarkan aku lempar kaleng. Dia tepat di belakang aku sambil pegang tanganku. Mungkin saking gugupnya, kaleng yang aku lempar meleset dari kaleng musuh kami. Aku malu :D

Orang kampungku panggil aku niah. Tapi khusus si Doi panggil aku nio(kelapa)busuk. Aku juga punya panggilan buat dia tapi aku ngga bisa sebutin disini. 

Kadang kami sering nonton dirumah bang R. Bukan bioskop ya, tapi tv. Kalian tau kartun Casper? Nah itu tontonan kami semua. Kebetulan pas itu aku nontonnya sambil tiduran. Terus aku dikasi bantal sama pamannya bang R. Pas lagi seru-serunya nonton tiba-tiba lampunya mati tanda berakhirnya kami nonton tv. Maklumlah, namanya juga dikampung yang punya listrik tu Cuma orang-orang yang mampu. Kebetulan Listrik bang R itu numpang ama pos Angkatan Laut. Akhirnya dengan wajah-wajah kurang puas nonton kami bubar. Pas aku angkat kepalaku aku baru sadar. Ternyata bang R pakai bantal yang sama dengan aku.

Mungkin hal-hal kecil begini kalian anggap biasa aja, emang dasar akunya yang baper. Aku emang baper. Aku baper ama perhatian kecil dia, aku baper dia yang selalu belain aku setiap aku main. Dia yang senang ganggu aku dari pada yang lain. Dia yang baik ke semua, dia yang lucu, dia yang ceria.

 Mungkin kalian berfikir kalau itu mungkin cinta monyet, aku juga sempat berfikir demikian. Tapi... perasaan suka itu bertahan ampe aku kelas tiga MTs/SMP. 

Aku sangat berharap perasaan ke dia itu menghilang setiap aku pulang liburan dari sekolah ku yang notabene nya pondok. Tapi setiap pulang malah aku semakin berharap. Aku pernah nangis-nangis ngadu sama Allah dekatkan aku sama dia. Aku polos banget doa nya, aku ngga berharap pacaran atau suami. Aku Cuma berharap dekat aja dengan chattingan atau apapun lah. 

Kenapa ngga diperjuangkan? Usaha donk!

Aku udah usaha kok! Dari SD malah...
Pas masih kelas lima SD kalau ngga salah, dan dia waktu itu udah  MTs. Aku minta tolong sahabat aku yang kebetulan satu sekolah sama dia.

Aku minta sahabat aku sampaikan ke Doi aku tu  suka dan itu dari sejak lama. Ya disampaikan lah sama temen ku
Dengan sedikit menekan perasaan malu plus deg-degan. Aku menerima jawaban lewat temanku.

“Bang R bilang kau masih kecil
Kecewa parah :’(

Si Doi anggap aku masih kecil dan ngga cocok buat pacaran. Tapi sebenarnya aku juga bingung kenapa bang R bilang aku ngga cocok pacaran. Padahal memang niatku minta disampaikan tu bukan karena aku mau jadi pacar. Aku Cuma pengen dia tu tau. Udah itu aja.

Masih ngga nyerah, aku juga minta tolong bilangkan lagi ke bang R. Kali ini lewat sahabat aku yang cowok. Padahal selama ini aku selalu rahasiakan ini dari sahabat aku. Tapi mau gimana lagi, namnya juga suka.

Dan lagi...

Aku mendapatkan jawaban yang sama.
Tamat MIN/SD aku putuskan buat mondok. Dari sekian banyak alasan aku mau ke pesantren salah satu alasannya karena abang R. Aku berharap aku bisa lupakan dia, atau...  bang R berubah fikiran dan dia merasa aku cocok buat dia sukai.

Tapi kenyataannya, semua masih sama. 
Pas pulang pondok karena liburan, Aku coba lagi chat dia minta nomornya sama sahabat ku yang cowok. Yang pernah sampaikan ke bang R aku suka dia.

Di balas.

Tapi dia cuek. Aku merasa dia enggan sekali balas chatku.

Aku menyerah...

Malam itu aku sampaikan langsung ke dia semuanya. Termasuk alasan aku jauh-jauh masuk pondok. Ngga di balas karena aku memang minta tak di balas. Aku belajar hapus apapun perasaan yang masih tersisa buat dia.

Sejak itu...

Kami memang tak pernah bertatap muka lagi. Tak pernah bicara lagi. Setiap perjumpaan, menyisakan luka tersendiri buat aku. Lihat dia romantis-romantisan sama pacarnya dan GONTA-GANTI. Aku sampai berfikir, kayaknya aku salah deh suka ama dia. Padahal aku tu ngga suka ama cowok playboy. Tapi gimana hati aku maunya dia muluk. 

Abang itu emang sesuatu banget. Hampir apapun yang dia lakukan itu unik. Dia emang lucu banget orangnya, humble. Dan yang aku kesalkan lagi. Dia makin dewasa makin ganteng gilak ! Lah aku? Remahan rengginang :D

Dan... semakin bertambah usia. Aku jadi mengerti bahwa dia tak lagi memberi efek apapun. Walaupun aku lihat foto pernikahnnya di laman sosial media. Aku biasa saja. Kemudian bang R ngunduh mantu dirumah mamak nya yang satu kampung sama aku. 

Sebenarnya aku ngga mau datang. Bukan karena masih suka aku yakin bukan. Tapi emang aku ngga bisa buat bertatap muka langsung ama bang R. Tapi karena tetangga baru aku yang kebetulan ku anggap teman juga, dia mau datang. Dia tau aku tu pernah suka sama abang R. Tapi dia beneran pengen datang “makan gratis” katanya

Dan kalian tahu? Aku benar-benar lega. Pas kami mau pulang aku di peluk dan dicium sama mamak bang R karena kami cukup dekat. Terus aku salam ama bang R tapi tak saling bersentuhan. Aku emang agak sulit sentuhan ama laki-laki yang bukan siapa-siapa aku. 

Muka ku datar, bang R pun natap lekat ke aku. Bukan karena sesuatu ya, aku yakin bukan itu. Tapi mungkin karena kami udah lama banget ngga pernah bertatap muka langsung kek gini lagi setelah beberapa tahun yang lalu. Aku salam ke istri nya yang luar biasa cantik. Aku senyum ramah. 

Setelah itu...

Aku merasa lega luar biasa. Aku merasa bangga dengan diri aku sendiri karena tak ada perasaan apa-apa lagi. Justru perasaan bangga buat perlihatkan ke bang R

Setelah bertahun-tahun...aku masih baik-baik saja bang 😊

Pakaian yang aku pakai pun luarbiasa sederhana. Pakaian biasa yang aku pakai buat beraktifitas sehari-hari.

Sekarang bang R udah punya anak. Seorang bayi laki-laki dengan nama yang bagus banget menurut aku.

Ungkapan cinta bang R buat anak dan istrinya di akun sosial media benar-benar nyentuh. Aku terbawa perasaan.
Bukan.. bukan karena aku masih suka. Tapi karena kenyataan teman kecil aku udah punya keluarga kecil dan bahagia.

Apakabar dengan aku?

Aku sedih disitu.

Sejak dulu aku mau buktikan ke bang R bahwa aku pantas untuk disukai. Aku bukan lagi anak kecil. Badanku kecil tapi fikiranku cukup dewasa untuk mengerti orang yang aku cintai meski tak mampu ku janjikan bahagia.

Tapi apa?

Malah bang R yang menunjukkan bahwa sekarang dia bahagia. Dan kenyataannya aku bukan apa-apa untuk siapa-siapa. 

Sekali lagi bukan karena masih suka. Aku Cuma berfikir ulang tentang diri aku sendiri yang masih sendiri dan belum jadi apapun untuk siapapun.

Entah kapan Allah izinkan aku mencecap bahagia seperti bang R dalam ikatan pernikahan.

Ya Allah.. aku tunggu janjimu... Aamiin...

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

https://www.facebook.com/taramkhan.khan.1

Flickr Images