Mencintai dalam diam, tapi kitakan bukan Fathimah?

Agustus 23, 2021

Dulu saat masa-masa Mts tepatnya di pondok pesantren, aku berfikir kalau pacaran itu tak apa. Yang penting hubungannya sehat dan menjadi motivasi buat kitanya. Itu dulu...

Sampai saat aku melanjutkan MA di Batam. Diinstagram banyak akun-akun yang mulai menggaungkan gerakan Indonesia tanpa pacaran, hijrah bareng, ngaji bareng. Lalu aku juga banyak dapat pelajaran agama dari para ustad disekolah, asrama dan Diinstagram kalau pacaran tidak ada didalam islam. Apapun alasannya. Baik untuk sekedar memotivasi pun tetap dilarang.

Ayatnya jelas

“jangan mendekati zina”

Tapi bagaimana kalau perempuan jatuh cinta? Tak ada yang salah. Itu fitrah manusia dari tuhan yang maha cinta. Kita sebagai perempuan punya pilihan mencintai layaknya Fatimah kepada Ali. Cinta dalam diam.

Dalam diam disebut namanya, dalam sujud panjang, diatas sejadah panjang, terus berbisik kepada Allah agar dilembutkan hati si do’i dan disatukan seperti Fatimah dan Ali.

Namun sayangnya kita lupa, kita tak semulia Fathimah teman-teman.

Allah jelas tahu siapa yang kita inginkan tanpa kita sebutkan namanya dalam do’a. Meski begitu Allah jelas mau mendengarkan do’a kita.

Sadar tidak? Ketika berkali-kali kita sebut namanya dalam do’a, tanpa sadar namanya melekat dalam hati dan fikiran kita. Terbayang-bayang hingga sering si do’i menghampiri dalam mimpi. 

Setan itu tak pernah bosan apalagi menyerah menggoda iman kita. Merayu kita sehingga kita begitu meyakinkan diri bahwa dia yang disebutkan akan menjadi jodoh kita.
Do’anya mungkin kepada Allah, tapi harapannya tertinggal pada dia seseorang yang sedang dikagumi. Lalu, kalian dipaksa menerima kenyataan yang paling menyakitkan.

Undangan dari dia. Sayangnya bukan nama kita yang akan bersanding dengannya. Bukan kita teman-teman. Lalu bagaimana cinta dalam diam ini harus kita labuhkan?

Kita Kecewa, marah pada Allah. Yang menjanjikan terkabulnya doa tapi tak jua mengabulkan yang menjadi permohonan kita siang dan malam.

Tapi kita tuh kudu yakin. Tak ada do’a yang sia-sia. Yang dilangitkan pasti akan kembali. Seringnya kita lupa kalau keinginan kita belum tentu sama dengan rahasia terbaik yang Allah siapkan.

Maka kata ustadz syafiq, Buya Yahya, dan beberapa ustadz yang lain. Hati-hati ketika kita jatuh cinta sebelum pernikahan. Cinta yang kita pendam lama baiknya diungkapkan layaknya Khodijah yang melamar Nabi SAW.

Karena yang dikhawatirkan adalah, ketika kita terlanjur mencintai seseorang sebelum pernikahan, lalu kita menikah dengan orang lain. Bukankah kita jadinya mendholimi pasangan yang telah kita nikahi?

Naudzubillah ya ceman cemaaan...

Tapi ngga masalah kalau kalian tetap mempertahankan dengan berjuang dalam do’a-doa’a panjang. Sebut saja nama dia, semoga Allah menyatukan jika menurut Allah dia terbaik untukmu.

Tapi siapkan hatimu dari rasa kecewa ya. Karena tak ada yang lebih melapangkan dari  membulatkan harapan hanya kepada Allah.
Karena begitulah memang resiko dari mencintai sebelum pernikahan. Menyiapkan tempat disudut hati untuk terluka. Meski begitu, kadang kita tetap bersikeras melakukannya. Hiks, aku bicara berdasarkan pengalaman percintaanku sendiri sebenarnya.

“tapi... Bagaimana mungkin kita mencoba caranya khodijah? Kita kan perempuan, malu lah. Yang bener aja!”

Berfikirnya jangan dengan ego kita, tapi dengan berhusnudzon kepada Allah, apapun mudah bagi Allah untuk menggerakkan sesuatu. Kata ustad nuzul zikri, jatuh cinta tak salah. Tapi letakkan perasaan itu dibawah landasan cinta kepada Allah.

Wallahua’lam... 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

https://www.facebook.com/taramkhan.khan.1

Flickr Images